PERSAMAAN PKI DAN PKS
Menyingkat kata, saya
akan uraikan persamaan antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Partai
Keadilan Sejahtera (PKS).
A. INTERNASIONALIS
· Baik PKI maupun
PKS berorientasi Internasionalis. Dahulu, PKI dianggap kepanjangan tangan
Partai Komunis Uni Sovyet dan China.
Meskipun Partai Komunis di dua negara itu berbeda dengan PKI. Demikian halnya
dengan PKS merupakan perpanjangan tangan Ikhwanul Muslimin (IM) dari Mesir.
Meskipun varian Ikhwanul Muslimin di berbagai negara tidaklah selalu sama. PKS
mengambil IM varian Sa’id Hawwa faksi Qiyadah Syaikh.
·
Cita-cita
gerakan komunis, tercipta keadilan distributif ala sosialisme di seluruh negri.
Sedangkan gerakan Ikhwanul Muslimin fi Mizanil Islam . Dengan turunan
membebaskan negeri dari kekuatan asing. Menegakan masyarakat demokrasi nasional
berbasis sosialisme di Indonesia. Sedangkan IM, menegakan negara Islam yang
merdeka dan memberlakukan hukum-hukum Islam (Risalah Ta’alim)
·
PKI tidak
secara terang-terangan mengacu kepada gerakan Komunisme di Uni Sovyet maupun China. Demikian
halnya dengan PKS. Dalam Piagam Pendirian dan AD/ART tidak ada disebutkan PKS
perpanjangan tangan IM dari Mesir. Meskipun demikian, baik PKS maupun PKI
memiliki orientasi gerakan yang sama: universal internasionalis.
·
Bisa kita bandingkan
dengan Partai Politik yang ada sekarang di Indonesia di luar PKS. Apakah ada
yang memiliki orientasi Internasionalis, selain PKS. Di luar partai, ada ormas
seperti Hizbul Tahir, yang juga berorientasi Internasionalis.
·
Jaringan
Internasionalis antar komune (PKI) dan ikhwan (PKS) menjadikan ikatan
solidaritas dan persaudaraan lintas negara menjadi kuat. Seperti PKI yang
membantu mengembangkan gerakan komunis di Vietnam, dan merespon ketegangan
blok soviet dan Amerika. Demikian halnya dengan PKS, yang sangat cepat merespon
HI Palestina bernama HAMMAS dalam perjuangan melawan Israel. Makanya tak mengherankan
jika PKS lebih peduli dengan isyu Palestina, ketimbangan isyu Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Arab yang menderita. Karena lebih terikat pada Internasionalis
daripada ikatan Nasionalis. Padahal TKI yang menjadi korban, mayoritas juga
Muslim yang teraniyaya.
·
Untuk menunjang
ikatan solidaritas persaudaraan, PKI membangun Poros Jakarta Peking. Sedangkan
PKS, membangun poros Indonesia Turki. Selain membangun komunikasi juga membuat
program pendidikan para kader. Persis dengan PKI yang mengirim kadernya untuk
belajar di Universitas di China,
Moskow, Prancis dan negara Eropa lainnya. PKS pun mendapat jalan untuk
mengirimkan kadernya untuk belajar di pelbagai Universitas di Timur Tengah
dimana IM ada disana. Saat ini IM cukup berkembang di Syiria, Yordania,
Iraq, Libanon, Turki, Arab
Saudi, Yaman dan Sudan.
Saat pendirian awal PK pada tahun 1998, IM dari negara di Timur Tengah banyak
membantu pendanaan..
B. MUSUH BERSAMA
·
Perbedaan
ideologi memacu ketegangan antar blok dunia. Meskipun Indonesia
secara nyata berada pada posisi Non Blok, akan tetapi karena pengaruh PKI,
Sukarno sering menyerang kebijakan Amerika dan Inggris. Kebencian terhadap
Amerika dan Inggris, sama dengan partai komunis di negara manapun. Demikian
juga dengan PKS, yang memandang Amerika dan Israel sebagai musuh bersama.
Dimanapun IM berada dan di negara manapun.
·
Untuk
identifikasi musuh, maka diciptakan jargon bersama. PKI menyebut Amerika dan
sekutunya sebagai bahaya Imperialisme. Sedangkan PKS dan IM menyebutnya sebagai
bahaya zionis. Jargon ini seragam dinegara manapun. Secara tidak langsung
menunjuk pada sasaran yang sama: Amerika dan Israel.
·
Sementara untuk
musuh di dalam negri, mereka biasa menyebut dengan istilah “antek atau agen”.
PKI menyebut antek atau agen Imperialis, sedang PKS menyebunya antek atau agen
Zionis. Siapapun orang atau organisasi yang mereka anggap musuh, maka akan
keluar stigma ini.
·
Baik PKI dan
PKS tidak menyukai hal yang berbau “barat”. Bagi mereka barat identik dengan
Liberal. PKI sering menuding para pejabat negara dengan gaya hidup mewah dan PSI, dicap sebagai
prilaku Liberal. Demikian juga dengan PKS yang sering menuding orang dengan cap
serupa: Liberal. Diantaranya menuding Liberal kepada media massa. Padahal senyatanya prinsip liberal
(kebebasan) pers hanya tumbuh di negara-negara demokratis. Hanya negara yang
otoriter yang membatasi ruang kebebasan pers. Seperti di Uni Soviet atau di
zaman Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto.
·
Ketika Uni
Soviet berhadapan dengan sekutu yg dipimpin oleh Amerika dalam perebutan Jerman
tahun 1945, maka saat itu, kebencian terhadap Amerika dan sekutunya lahir.
Kebencian Uni Soviet terhadap Amerika ditularkan gerakan komunis di Indonesia.
Demikian juga dengan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang secara langsung
terlibat perang di Palestina melawan Israel. Kebencian terhadap Israel zionis Amerika, ditularkan juga ke Indonesia.
·
Padahal
sejarahnya musuh Indonesia
adalah Belanda, Jepang dan NICA Inggris. Belum pernah bangsa Indonesia
melakukan konfrontasi langsung dengan Amerika. Namun bibit permusuhan dengan
Amerika dibawa oleh komunis Soviet, maka PKI pun mengangap sebagai musuh
bersama. Demikian juga Israel
belum pernah terlibat konfrontasi langsung dengan Indonesia. Namun bibit permusuhan
dari IM Mesir, masuk juga ke Indonesia
lewat PKS.
·
Sebaliknya, PKI
tidak pernah menjadikan zionis atau Israel sebagai isyu permusuhan.
Demikian juga dengan PKS, tidak pernah menjadikan komunis Soviet (Rusia) dan China, sebagai
isyu permusuhan. Padahal jika dilihat ajaran komunisme dianggap ateis atau
tidak mengakui adanya Tuhan.
·
Baik PKI dan
PKS sangat kaya perbendaharaan untuk memberi stempel bagi musuh-musuhnya. Dahulu
ada cap seperti kaum sarungan, tuan tanah, feodal, kapitalis birokrat (kabir),
sekterian, revisionis, anti rakyat. Sekarang muncul cap kafir, dajjal, tukang
fitnah,thogut, musyrik dll. Pendek kata, baik PKI dan PKS sangat mudah memberi
cap stempel kepada musuh-musuhnya.
C. METODE GERAKAN
·
Aksi massa, mobilisasi dan
demostrasi digunakan sebagai metode gerakan baik oleh PKI maupun PKS. Hal ini
untuk menguji para kader pada satu isyu dan terdisiplinkan. PKI sering
menggunakan Gelora Istora Senayan untuk mengumpulkan para kader. Mendengar
pidato Aidit. Dan para petani, buruh sering melakukan demo ke kedutaan dan
gedung pemerintahan. Demikian juga dengan PKS. Berbeda dengan mobilisasi massa atau demostrasi
yang dilakukan oleh kelompok lain. Baik PKS maupun PKI, demonstrasi nampak
lebih tertib dan disiplin.
·
Aksi Massa
terorganisir dan sepihak juga digunakan. Biasa dikenal istilah “pendudukan”. Para kader PKI sering melakukan aksi sepihak dengan
menduduki tanah-tanah di pedesaan. Sedangkan PKS wilayah pendudukannya adalah
Mesjid dan lembaga intra kampus. Karena basis PKI dan PKS berbeda. Tetapi sama
dalam pengertian aksi sepihak atau pendudukan atau okupasi.
·
Mendirikan
Partai politik dan Ikut Pemilu. Gerakan komunis di Indonesia di mulai dengan
perpecahan di tubuh SI pada tahun 1918. Setelah itu SI Merah masuk ke basis
buruh. Peristiwa pemberontakan pertama dikenal dengan pemogokan buruh pada
tahun 1926. Sifat pemberontakan PKI, kembali terjadi pada perististiwa madiun
1948. Tetapi kemudian, PKI mengubah siasat dengan ikut Pemilu pada tahun 1955. Demikian juga dengan PKS, yang awalnya
adalah kelompok tarbiyah di mesjid dan kampus. Sistem gerilya dilakukan.
Meskipun ada cikal bakal pemberontakan, seperti keterlibatan Hilmi Aminuddin
dalam gerakan NII. Atau keterlibatan Danu Mohammad (ayah Hilmi Aminuddin) dalam
pemeberontakan DI/TII. Tetapi untuk sementara metode frontal ini diredam
dahulu. Dan memilih metode pendirian partai secara formal dan ikut Pemilu. Pada
tahun 1998, kelompok ini membentuk PK dan ikut Pemilu.
·
Perubahan
metode gerakan atau taktik gerakan, sudah lazim dilakukan di berbagai negara.
Di Indonesia contohnya, gerakan perlawanan bersenjata GAM berubah menjadi
partai politik dan ikut pemilu. Juga seperti gerakan Ikhwanul Muslimin di
Mesir, yang kemudian mengubah taktik untuk menjadi partai politik dan ikut
Pemilu. Perubahan metode ini sekarang marak dilakukan gerakan di Amerika Latin.
Slogannya, “dari peluru menuju pemilu”
·
Metode
pendirian partai politik dan ikut Pemilu sesungguhnya baru baik bagi PKI maupun
PKS. Karena metode gerakan murni tidaklah demikian. Seperti gerakan komunis China dan Uni
Soviet, lebih memilih jalan revolusi. Gerakan komunis memang dikomando oleh
Partai Komunis, tetapi tidak menempuh jalan pemilu tetapi revolusi. Begitupun
dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir, didirikan tahun 1928, memilih jalan gerakan
perlawanan bahkan membentuk divisi militer untuk berperang melawan Israel di
Palestina.
·
Kemampuan menggalang
dan konsolidasi PKI dan PKS tidak diragukan lagi. Bayangkan, setelah dihajar
oleh TNI pada pemberontakan Madiun 1948, PKI dapat bangkit kembali. Dalam waktu
7 tahun, PKI dapat masuk 5 besar partai yang menang Pemilu 1955. Begitu juga
dengan PKS. Dalam waktu yang relatif singkat PKS dapat masuk 5 besar pada
pemilu 2009. Bahkan perolehan suara antara tahun 1999 ke 2004, melonjak hingga
600%.
·
Baik PKI maupun
PKS, menganggap partai adalah komunitas. Bukan semata kendaraan politik. Partai
harus mampu memberi jawaban atas masalah anggota, simpatisan dan kader. Baik
masalah ekonomi maupun sosial. Kantor partai PKI dan PKS adalah markas yang
hidup dan dinamik. Semua hal diurus. Dari urusan anggota yang melahirkan hingga
meninggal dunia.
D. POLITIK, KEKUASAAN
Dalam menjalankan
politik, PKI dan PKS menempuh jalan akomodatif semu atau konfrontasi terbelah.
Maksudnya, para elit PKI dapat bekerjasama dengan Presiden Sukarno untuk
melawan musuh Amerika, tetapi dilain sisi para anggota PKI melakukan aksi-aksi
sepihak merongrong pemerintahan Sukarno. Satu sisi mendukung, satu sisi
menentang. Seperti yang dilakukan PKS saat ini pun serupa. Tidak jelas kelamin
opoisisi atau berada dalam koalisi. Baik PKI dan PKS berprinsip, berpihak yang
memiliki peluang menang besar. Dalam khazanah politik dikenal dengan taktik, “polisi baik dan polisi
jahat”. Partai membagi peran, siapa yang menjalankan sebagai
“polisi baik” dan siapa yang berperan sebagai “polisi jahat”. Itulah yang saya
sebut dengan konfrontasi terbelah.
Baik
PKI maupun PKS merangkul dan masuk ke semua lini. Meskipun basis utama PKI
adalah buruh tani, tetapi untuk menjalankan politik kekuasaan, mereka masuk
juga ke kelompok elit politik dan TNI. Sehingga dulu, kita mendengar banyak
perwira TNI yang merupakan binaan PKI. Begitu juga dengan PKS, mereka masuk ke
TNI lewat Wiranto, masuk ke Cendana lewat Titiek Suharto, dan mulai mengambil
hati kelompok NU dan Muhammadiyah. Padahal secara ajaran, kelompok yang
didekati ini bertentangan secara “ideologis”. Alasan PKI dahulu, masih banyak
anasir borjuasi kecil yang revolusioner.
E. PARTAI KADER
Baik PKI mapun PKS
memilih bentuk sebagai Partai Kader. Meskipun pada tahun 1960an, PKI
mengkombinasikan antara Partai Kader dan Partai Massa. Demikian juga dengan PKS,
setelah tahun 2010, mendeklarasikan diri sebagai partai terbuka. Meskipun
demikian, motor pengerak tetap bertumpu pada kader. Alasannya serupa, partai
kader yang bersifat eksklusif sulit untuk merangkul semua kelompok untuk
memenangkan Pemilu.
Pembinaan kader yang
dilakukan PKI dan PKS mengunakan sistem sel. Membentuk kelompok kecil
beranggota tidak lebih dari 7-10 orang dan dibina oleh seorang mentor. Istilah
“dibina” dahulu dipergunakan juga oleh PKI. Sehingga jelas hubungan antara Mentor (guru/ murrobi)
dan kader (murid). Setiap seminggu sekali, para mentor akan bertemu untuk
melaporkan perkembangan binaan masing-masing dalam rapat bersama antar mentor.
Usroh, sistem sel ini bersifat eksklusif. Jelas perjenjangan kadernya. Hubungan
guru dan murid digunakannya oleh kalangan NU, dengan hubungan Kiai dan Santri.
Tetapi hubungan ini tidak dilakukan dalam sistem sel.
Dalam pola yang seperti
ini, sulit bagi murid untuk melawan guru. Karena pembinaan dilakukan
bertahun-tahun lamanya. Guru atau Murrobi sebenarnya juga murid dari guru di
atasnya. Bila ada yang menyerang guru atau kiai, maka para murid akan serentak
membelanya.
Para mentor atau guru akan menunjukan buku buku wajib
yang harus dibaca oleh para kader. Mengikuti pengajian / Liqo atau diskusi
lapangan (istilah PKI) secara rutin. Pada saat yang bersamaan, akan keluar
beberapa doktrin dasar. Seperti menjauhi kehidupan duniawi (PKS) atau kehidupan
kaum borjuis (PKI).
Baik PKI dan PKS
mengenal “sumpah” atau “baiat” bagi anggotanya. Hal ini untuk mengikat dengan
kesatuan komune atau jama’ah. Hampir semua kader dipahamkan jika mereka berbeda
pendapat dengan qiyadah
(pemimpin) dan mengkritiknya, hal itu bisa mencederai makna bai’at dan jamaah
Para kader dituntut untuk “melek buku”. Belajar terus
menerus. Selain itu mereka diarahkan untuk mengikuti kursus-kursus ideologi
maupun kursus ketrampilan. Sekolah-sekolah formal dibangun sejak TK/SD. Bahkan
PKI memiliki perguruan tinggi, namanya Akademi Ali Archam. Sekolah-sekolah PKI
tidak terlampu jauh dengan pabrik atau wilayah perkebunan. Sedangkan PKS,
sekolah berdekatan dengan Masjid.
Literatur wajib yang
dibaca oleh kader sudah dipandu. Seperti buku sejarah dan karya Hasan Al Banna,
Sayyid Qutb, Abul A’la Al-Maududi dan Yusuf Qaradhawi. Begitupun dengan PKI,
yang mewajibkan kader memahami pemikiran Karl Marx, Feurbach, Hegel, Lenin, dan
Mao Tse Tung. Kisah perjuangan Hasan Al Banna tidak kalah heroik dengan kisah
perjuangan Mao Tse Tung. Dan dapat membangkitkan semangat para kader. Bacaan
wajib lebih bersifat agitatif dan menjadi doktrin. Seperti Matrialisme,
Dialektika Historis (MDH), Manifesto Komunis atau Garis Masa (PKI). Sedangkan
PKS, akan diperkenalkan dengan bacaan Tarbiyah Politik, Pajak Kehinaan atau
Catatan Harian Dakwah. Mempertegas varian gerakan PKI mengajarkan doktrin
Marxisme Lenisme, sedang PKS diperkenalkan IM varian Quthbiyah.
Baik PKI dan PKS, tidak
percaya pada media massa.
Mereka menganggap media massa
tidak lebih dari propaganda agen barat atau kaum kapitalis. Untuk
menyeimbangkan itu, PKI dan PKS membuat media propaganda tersendiri. Dahulu
oplah koran seperti “bintang merah” yang dikeluarkan PKI mengalahkan oplah
koran umum. Karena para kader wajib membacanya. Informasi yang benar hanya
bersumber pada Partai. Di luar itu hanya berisi fitnah atau propaganda hitam.
Tidak ada hari bagi
kader PKI dan PKS untuk melakukan dakwah (PKS) atau Propaganda (PKI). Tugas
ini, tugas semua kader di semua tingkatan. Istilah PKI, semua kader adalah agen
AgitProp (Agitasi propaganda). Salah satu tujuan dakwah dan propaganda adalah
pengorganisasian calon-calon kader baru. Berbeda dengan partai politik lain,
yang baru melakukan kampanye saat menjelang Pemilu. PKI dan PKS, tugas dakwah
atau propaganda dilakukan setiap hari, setiap saat.
Baik PKI maupun PKS,
mengandalkan iuran dan infaq anggota. Kantor pusat PKI di jalan Kramat Raya
Jakarta, sebagian besar dananya diperoleh dari sumbangan anggotanya. Semua
pendapatan dari anggota dibukukan secara rapi.
Ciri yang dapat dilihat
juga antara PKI dan PKS, dalam penyebutan istilah. Misalnya, kata “kawan”
disadur dari kosa kata “Camerade” yang biasa dipakai kaum komunis di Soviet.
PKS mengunakan kata ikhwan dan ukhti; ana dan antum. Atau istilah “revolusi”
menjadi “jihad”; istilah “martir” menjadi “mujahid”. Istilah “setan desa”
menjadi “thaghut’.
Kedua partai ini, juga
mengatur kehidupan anggota dan kadernya hingga pada tingkat rumah tangga.
Dahulu ada istilah, nikah ala partai, maka kini PKS mengambil jodoh di
lingkungan anggota sendiri. PKI lebih rigit mengatur kehidupan. Sampai ada
pembatasan harta di semua anggota dan kadernya. Mereka dituntut hidup
sederhana. Para pejabatnya hanya diizinkan
untuk memiliki satu radio transistor saat itu. Kehidupan “sama rasa sama rata”
itu kemudian diterapkan juga di PKS. Tuntutan hidup sederhana, saling berbagi
dan tolong menolong sesama anggota dan kader.
Doktrin kehidupan
diantaranya: “10 pedoman Hidup” ajaran Hasan Al Banna (PKS). Sedangkan PKI
menggunakan doktrin “Tiga boleh, Lima Jangan”. Lima Jangan model PKI mengambil
dari norma Jawa: mo-limo.
Baik PKI dan PKS sangat
ketat mengajarkan doktrin kepada kadernya. Sikap dan kepatuhan para kader
dipandu juga dengan “Tuntutan Kader Revolusioner” (PKI) atau “Enam Rukun
Leadership” (PKS). Secara umum berisi sikap ta’at, percaya kepada pimpinan
(tsiqoh), putusan garis massa
atau syuro qiyadah, ijtihad, dan fiqhuddakwah.
Secara struktur
organisasi, PKI dan PKS tidak bergantung kepada ketua umum atau Presiden.
Dahulu PKI mengunakan struktur Comite Central dan Polit Biro; saat ini PKS
menggunakan Majelis Syuro dan Dewan Syariah. Sidang Comite Central lah yang
menjadi lembaga tertinggi di Partai. Demikian juga dengan PKS, yang menempatkan
Majelis Syuro di posisi tertinggi.
F. POTENSI KEKERASAN
Baik
PKI maupun PKS, memiliki bibit pemberontakan dari sumber aslinya. Jika dahulu,
PKI tengah mempersiapkan “angkatan kelima” dengan mempersenjatai kaum tani.
Sama persis yang dilakukan dengan Partai Komunisme China. Sedangkan bibit PKS yakni
Ikhawanul Muslimin Mesir memilik brigade tempur yang dinamakan Fidayanul
Muslimin.
Potensi
kekerasan tertanam dalam ajaran yang digunakan PKI dan PKS. Untuk melawan
musuh-musuhnya, maka jalan kekerasan dapat ditempuh. Membunuh orang kafir,
menjarah kekayaan mereka sesuatu yang halal. Sedangkan PKI melakukan gerakan
pemberontakan dan aksi sepihak sudah dilakukannya.
Persamaan pola gerakan
Ikhwanul Muslimin sayap Quthbiyah dengan gerakan Marxisme – Leninisme (ML)
pernah ditulis oleh John Gray dalam buku, “How Marx turned Muslim”. Gray mengkaji
darimana datangnya pemikiran radikalisme gerakan yang ada dalam tubuh IM sayap
Quthubiyah. Padahal Sayyid Quttub lebih digambarkan sebagai seorang sufi
tradisional. Rupanya pemikiran Sayyid Quttub dipengaruhi oleh maraknya gerakan
radikalisme termasuk ML di Eropa pada tahun 1920an. Sehingga wajah sufi
tidaklah tergambar sebagimana ulama salaf maupun khalaf. Ditambah represif
kolonial Inggris, pemerintahan yang otoriter dan gejolak perlawanan di
Palestina, hingga melahirkan model gerakan dakwah yang cukup radikal.
Partai politik dengan
basis ideologi sosialisme di Indonesia
bukan hanya PKI. Banyak. Termasuk PNI yang dianggap Partai Nasionalis juga
mengintrodusir paham sosialisme ala Indonesia. Di luar itu ada Partai
Sosialisme Indonesia (PSI) dan Partai Murba. Tetapi, model gerakan yang radikal
dan mengunakan pola partai kader hanya PKI. Demikian juga Partai Politik dengan
basis Islam, bukan hanya PKS. Banyak. Tetapi, model gerakan yang radikal dan
mengunakan pola partai kader hanya PKS. Pada titik ini terjadi kemiripan pola
gerakan antara PKI dan PKS.
PKI
menjadikan azas komunisme dengan corak ateis sebagai ideologi utama, dan PKS
menjadikan azas dakwah islam dengan corak penghambaan kepada Alloh swt sebagai
ideologi utama kemudian mereka menjadikan kelompok2 yang memiliki visi yang
sama untuk berporos pada ideologi mereka.